Hijrah
Makna dan Hikmah Tahun Baru Islam (Hijriah)
Tahun Baru Hijriah adalah salah satu hari besar bagi umat Islam di seluruh
penjuru dunia. Peringatan yang hadir setiap setahun sekali itu untuk mengenang
peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dan para pengikutnya dari Mekkah menuju
Madinah. Perayaan Tahun Baru Hijriah jatuh pada tanggal 1 Muharam (kalender
Arab) atau 1 Suro (kalender Jawa).
Di Indonesia, perayaan tersebut menjadi tradisi baru yang
lahir dari perpaduan budaya Islam dan Jawa. Karenanya, bentuk peringatannya
mengakar di kalangan masyarakat Islam tradisional. Meski begitu, perayaan Tahun
Baru Islam terasa hampa makna karena hadir semata-mata sebagai warisan
turun-temurun yang biasa terjadi. Oleh karena itu, umat Islam perlu menengok
sejarah masa lampau yang melatarbelakangi peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad
saw.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan Rasul dan para
pengikutnya berhijrah dari Mekkah menuju Madinah. Pertama, alasan
keamanan yang tidak mendukung dakwah islamiyah di Mekkah. Nabi Muhammad saw.
mendapat perlawanan dan kecaman luar biasa dari kelompok kafir Quraisy yang
tidak senang dengan kehadiran Islam sebagai agama baru. Bahkan paman Nabi,
yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab menabuh genderang perang untuk mengusirnya agar
keluar dari Mekkah. Kedua, tradisi jahiliyah Mekkah yang sangat
bertentangan dengan risalah Islam. Masyarakat Mekkah pada waktu itu
dikelompokkan berdasarkan garis keturunan dan kepemilikan harta benda.
Berhala-berhala pun menjadi sesembahan mereka layaknya Tuhan. Sementara itu,
Rasulullah saw. tak dipercaya hanya karena ia berasal dari kalangan Bani Hasyim
yang miskin. Melihat kenyataan itu, sungguh tidak ada pilihan lain untuk
menyelamatkan agama Allah swt. yang merupakan rahmat bagi semesta alam kecuali
berpindah ke suatu tempat yang dapat menerima Nabi dan ajarannya. Oleh karena
itu, dipilihlah Madinah sebagai tempat untuk membangun kehidupan baru yang
cinta damai.
Peristiwa hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tanggal 24
September 622 M merupakan titik balik kehidupan Nabi Muhammad saw. Di sanalah
kemajuan pesat perikehidupan umat muslim akan menjelang di bawah pimpinan
beliau. Setelah tiba di Madinah, Nabi Muhammad saw. mengutus sahabat Hudzaifah
Ibnu Yaman untuk melakukan sensus penduduk. Hasil sensus menyatakan bahwa
terdapat 10.000 penduduk yang menetap di Madinah. Mereka terdiri dari 1.500
orang muslim, 4.000 orang Yahudi, dan 4.500 orang musyrik Arab. Umat Islam
adalah kaum minoritas, namun dihormati dan mendapat kepercayaan untuk mengatur
masyarakat yang dicita-citakan bersama.
Peran Rasulullah saw. di Madinah bukan semata-mata sebagai
pemimpin spiritual, namun juga sebagai pemimpin politik yang mengatur
pemerintahan, pertahanan dan keamanan, merancang undang-undang, dan menjalin
hubungan baik dengan berbagai pihak. Demikian besar peran dan tugas beliau dalam
menegakkan sendi-sendi kehidupan bernegara di Madinah. Akhirnya, dalam kurun
waktu sekitar 12 tahun Nabi berhasil mengubah kehidupan masyarakat Arab yang
sangat membanggakan garis keturunannya menjadi masyarakat yang bermoral dan
berlandaskan persaudaraan. Piagam Madinah pun lahir sebagai wujud kesadaran
luhur demi terciptanya tatanan masyarakat yang berdasarkan prinsip persamaan,
keadilan, dan musyawarah. Ketiga prinsip itulah yang akhirnya mampu menyatukan
kehidupan orang Islam, Yahudi, Nasrani, musyrik Arab, kaum Anshar, dan
Muhajirin.
Sejarah mencatat Madinah al-Munawarah (kota yang bercahaya)
sebagai peradaban terindah yang pernah dibangun oleh Rasulullah saw. Seorang tokoh
dari Barat menyebutnya sebagai sebuah contoh masyarakat modern yang belum ada
tandingannya sepanjang sejarah peradaban yang paling modern sekalipun. Tidak
berlebihan apa yang menjadi kekaguman para sejarawan Barat tersebut. Bagaimana
pun, dengan keyakinan dan sentuhan kasih sayangnya, Nabi mampu mengubah Madinah
menjadi kota besar yang memancarkan cahaya perdamaian ke seluruh penjuru dunia
hingga saat ini. Tentang peran beliau, Allah berfirman dalam surah ali-Imran
ayat 110 yang artinya, "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...."
Selama hidup di Madinah tidaklah banyak orang yang bersedia
mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. Tetapi siapa pun yang telah tersinari
petunjuk Ilahi, mereka hidup tenang dan damai. Sementara itu, penderitaan dan
pengorbanan seakan tak pernah lepas dari diri Rasul manakala ia menjalankan
perintah hijrah. Hijrah memang mengandung resiko yang tidak ringan. Segala yang
menjadi kecintaan harus ditinggalkan, dilepas, dan diikhlaskan demi menggapai
ridho Allah swt. semata. Kendati berada di posisi yang lemah dan teraniaya,
perintah berhirjah merupakan suatu keniscayaan bagi kaum yang hatinya hanya patuh
dan tunduk kepada Allah swt. Sepanjang keimanan masih terpatri teguh di lubuk
hati maka kemenangan tak akan pernah sirna. Inilah hal pertama yang ditanamkan
Rasulullah saw. kepada sahabat-sahabatnya jauh sebelum hijrah.
Peristiwa hijrah Nabi yang bersejarah akhirnya dijadikan awal
mula tahun baru Islam, yakni tahun Hijriah. Kota Yatsrib kemudian berganti
menjadi nama Madinah yang juga dikenal sebagai Madinah al-Munawarah atau
Madinatur Rasul. Dari kota Madinalah cahaya kasih sayang dan perdamaian itu memancar
ke seluruh bumi sampai kapan pun sepanjang umat Islam mampu menjaga risalah
Rasulullah saw.
Kini, meskipun telah terentang berabad-abad yang lampau dari
masa kini, hendaknya umat Islam dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.
Ketulusan hati, kebulatan tekad, dan kegigihan menghadapi berbagai rintangan
adalah hikmah hijrah yang semestinya direnungkan sebab hal itu adalah modal
utama untuk membentuk masyarakat kokoh dan berakhlak mulia
Cerita hijrahnya Rasulullah
Awal
ceritanya sendiri adalah berangkat dari sejumlah seruan Allah kepada nabi
Muhammad SAW dan pengikut-Nya (umat Muslim).
Permusuhan kaum musyrkin terhadap Nabi serta kewajiban memerangi mereka sampai terpelihara agama Allah.
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. [Al Anfaal/8 : 30]
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri[342], (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali [An Nisaa'/ 4: 97]
[342]. Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu.
Sebelum saat lakukan perjalanan ke madinah, nabi Muhammad berbarengan Abu Bakar bersembunyi di gunung Tsur didalam gua Tsur sepanjang 3 hari 3 malam. Pada waktu itu nabi serta teman dekat abu bakar sedang pengejaran beberapa kaum musyrikin quraisy. mereka akan membunuh nabi sebagai usaha memadamkan sinar islam. Tetapi, usaha pengejaran belum sukses dikarenakan banyak pertolongan allah diberikan pada nabi serta abu bakar. tampak dari ada sarang laba-laba serta sarang telur merpati di pintu gua tsur. hingga mengindikasikan tak ada orang didalamnya. Barulah sesudah itu, nabi berbarengan teman dekat abu bakar mengawali perjalanan menuju madinah. diriwayatkan bahwa nabi serta abu bakar lakukan perjalanan berbarengan dua orang penunjuk jalur yakni Abdullah bin Uraiqith serta Amir bin Fuhairah dengan berkendaraan unta.
Kaum musyrikin quraisy sesudah kehilangan nabi Muhammad serta Abu Bakar, mereka repot menyiarkan ke sekeliling kota mekah serta pada suku-suku serta kabilah, kepala-kepalanya dimintai pertolongan untuk melacak nabi muhammad. siapa saja yang sukses menangkap nabi dapat diberikan 100 ekor unta. Di dalam perjalanan di sesuatu dusun bernama qudaidin. salah seorang penduduknya mengetahui nabi serta teman dekat abu bakar. lantas dikisahkan pada pemimpin kabilahnya bernama suraqah bin malik al mudlij. tetapi suraqah menyangkalnya dikarenakan ia pingin menangkapnya sendirian.
secepatnya suraqah mengejar perjalanan nabi Muhammad serta teman dekat Abu Bakar. Abu bakar yang tahu ada seseorang mengejarnya jadi cemas hingga menangis bila orang tersebut menangkap nabi. Nabi Muhammad SAW lalu berdoa’a pada allah serta dengan kehendak allah berkali-kali kuda yang ditunggangi suraqah tergelincir serta suraqah jatuh terpelanting ke tanah. keluarlah rasa bahwa kemenangan dapat di bisa oleh nabi Muhammad. Lantas Suraqah memanggil nama nabi Muhammad serta menghendaki perlindungan dari bahaya juga mengucapkan beribu maaf. Selanjutnya mengadakan perjanjian tertulis.
Dari Suraqahlah nabi mulai tahu perihal imbalan 100 ekor unta bila sukses menangkapnya. nabi Muhammad tersenyum serta memerintahkan untuk merahasiakan perihal kepergian dirinya. Setelah itu nabi serta teman dekat abu bakar berkunjung di sesuatu perkemahan punya seorang wanita bernama ummu ma’bad. mereka akan beli kurma, daging, serta air susu. pada waktu itu nabi lihat seekor kambing yang kurus menderita payah serta sakit. beliau akan memerah susunya dengan ijin allah memancarlah demikian banyak air susu, walau sebenarnya kambing itu telah tidak dapat lagi mengeluarkan air susu. momen mengagumkan ini dikisahkan kembali oleh ummu ma’bad pada suaminya abu ma’bad. sampai-sampai ia lalu bercita-cita bila bersua nabi pingin jadi pengikut serta sahabatnya.
Setelah itu, bersua juga dengan rombonganm Kafilah dari Qabilah Banu Sahmin yang dikepalai oleh Buraidah bin Al-hashib Al-aslamy. Buraidah yang berhasrat memperoleh hadiah 100 ekor unta pingin juga menangkap nabi Muhammad. Beserta 70 orang kaumnya akan menangkap nabi tetapi dengan kehendak Allah SWT saat itu mereka seluruhnya membaca Syahadat serta berIslam. Sebelum saat hingga di Madinah beliau sudah memperoleh pengikut baru yang didapati sepanjang perjalanan. mereka menemani nabi sampai ke madinah. waktu masuk ke madinah dikibarkanlah/ ditegakkan bendera [DIN ISLAM] Subhanallah!. Ketika peristiwa itulah penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah Tahun Baru Hijrah yang banyak orang bilang adalah Tahun Baru Islam merupakan momentum penuh Sejarah pertama DIN Islam tegak di Madinah.
Tidakkah kamu mengerti? dan pasti tidak mau.. jika apa yang terjadi pada masyarakat Mekah yang lalai dan tidak mau mengikuti Rasul untuk Hijrah lantas Allah murka dan membinasakanMu dalam kekafiran?
Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja[863] [Al Israa'/76 : 76]
[863] Maksudnya: kalau sampai terjadi Nabi Muhammad s.a.w. diusir, oleh penduduk Mekah, niscaya mereka tidak akan lama hidup di dunia, dan Allah segera akan membinasakan mereka. Hijrah Nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah bukan karena pengusiran kaum Quraisy, melainkan semata-mata karena perintah Allah
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri[342], (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,
[342] Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu.
Lantas bagaimana dengan kita sudahkan mengikuti jejak Rasul? sudah siapkah untuk HIJRAH? Harus Siap! Insya Allah, Allah beserta orang-orang yang mau berdaya upaya untuk menuju Islam yang menyeluruh/ Kaffah.
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. [Al Baqarah/2 : 207-208]
Sebagai umat yang percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah kita perlu mengikuti jejak Rasul dan seruan Allah itu Mutlak Sodara/i ku... Bukan hijrah seperti yang Rasul lakukan karena beda kondisi ketika itu jika dikaitkan dengan jaman sekarang, sekarang ya lebih kepada Hijrah dari tempat/ sifat/ sikap yang dimurkai atau dibenci Allah itu adalah perkara yang Batil lebih detailnya Meninggalkan yang batil dan Menjalankan yang HAK (Menegakkan DIN Islam) sesuai petunjuk aturan Allah SWT dan Sunnah Rasul. Itulah Esensi dan Makna terpenting dalam menyambut Tahun Baru Islam tepat dan bersyukur kita hingga pada tahun ini Allah masih berkenan memberikan kita nikmat Hidup pas sekali pada momentum pada tahun ini kita bisa hijrah yuk mari sama-sama kita renungkan, niatkan, tanam kemauan yang kuat, berupaya dan tegak bersama jalan Allah melalui sikap yang lebih nyata dan memiliki nilai dipandangan Allah Subhanahu WaTa'ala
Hikmah Persaudauraan dalam Peristiwa Hijrah Rasulullah s.a.w.
Peristiwa
hijrahnya Rasulullah s.a.w. beserta para sahabat dari Mekkah ke Yastrib
(Madinah) merupakan awal penentuan tahun hijriyah. Para sahabat yang berasal
dari Mekkah di sebut sebagai Muhajirin sedangkan yang menunggu kedatangannya di
Madinah disebut Anshar yang merupakan penduduk kota Madinah yang sudah memeluk
agama Islam.
Dalam
sejarah Islam, istilah Anshar tidak bisa dipisahkan dari Muhajirin. Anshar
(orang-orang yang menolong) adalah sebutan untuk masyarakat Madinah yang
menerima dengan tangan terbuka kedatangan Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Sedangkan Muhajirin (orang-orang yang hijrah) adalah sebutan untuk penduduk
Mekah yang eksodus ke Madinah. Mereka terpaksa mengungsi, dengan perbekalan
seadanya, karena selalu dikejar-kejar oleh kaum kafir Mekah.
Banyak
sekali kejadian menakjubkan di antara kedua golongan ini. Kaum Anshar membantu
secara total kaum Muhajirin yang papa itu. Sebagai ilustrasi, dalam sebuah
hadis diceritakan bahwa ada seorang Anshar yang rela memberikan, bukan
meminjamkan, separo hartanya kepada seorang Muhajirin. Bahkan, saking tingginya
rasa persaudaraan mereka, kaum Anshar berusaha memenuhi segala kebutuhan para
pengungsi, termasuk kebutuhan batin. Bahkan, ada di antara orang Anshar yang
mempersilakan Muhajirin memilih salah seorang isterinya untuk dinikahi setelah
dia menceraikan istrinya itu.
Dengan sangat indah Allah mendeskripsikan peristiwa langka
di sepanjang sejarah manusia itu dalam Alquran: Dan
penduduk Madinah yang telah beriman sebelum kedatangan Rasul (kaum Anshar)
sangat mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka (kaum Muhajirin).
Mereka tidak pernah berkeinginan untuk mengambil kembali apa yang telah
diberikan kepada Muhajirin. Bahkan, kaum Anshar lebih mengutamakan kebutuhan
kaum Muhajirin dibanding diri mereka sendiri, sekalipun mereka sedang dalam
kesulitan. Dan orang-orang yang memelihara dirinya dari sifat kikir, itulah
orang-orang yang beruntung. (QS. 59: 9).
Kaum Anshar, mestinya tidak hanya tinggal kenangan manis
bagi sejarah Islam yang statis. Anshar harus selalu ada dan diciptakan dalam
setiap episode sejarah umat Islam. Mereka merupakan simbol masyarakat berbudaya
yang memiliki keimanan dan rasa kemanusiaan sangat tinggi. Mereka tidak minta
garansi apapun ketika mengulurkan tangan menolong para pengungsi yang eksodus
ke daerahnya. Banyak di antara mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu,
apalagi berkenalan. Namun, semua itu tidak menghalangi orang-orang Anshar untuk
menyelamatkan kehidupan para Muhajirin.
Saat ini, sebagian besar rakyat Indonesia sangat menantikan
datangnya kaum Anshar, terutama saudara kita yang sedang mengalami kesulitan
hidup -- dari mereka yang ter-PHK, tidak mempunyai pekerjaan hingga para
pengungsi di berbagai daerah. Mereka menawarkan surga kepada semua kita.
Ini merupakan saat yang tepat untuk membuktikan kepada Allah bahwa kita memang merupakan hamba pilihan-Nya. Jangan terlalu lama berpikir dan menunggu, sebelum terlambat. Tangan yang diulurkan belakangan seringkali tidak dibutuhkan lagi. Tidak ada artinya mengulurkan tangan jika orang yang akan ditolong telah berada di atas, atau sudah terkapar di dasar jurang. Kita sedang berlomba dengan malaikat maut yang sudah sejak lama bersiap merenggut nyawa saudara dan bangsa kita. Kita semua harus datang sebagai Anshar bagi mereka, jika tidak ingin diteriaki oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai orang yang mendustakan agama. Rasa-rasanya tidak akan pernah ada orang yang melewatkan hari-harinya dengan menghitung tanggal, Bulan dan tahun. Apalagi tanggal dan bulan tersebut menyangkut sebuah sejarah penting menyangkut dirinya yang tidak akan pernah terlupakan. Kita telah sama-sama mengetahui bahwa ada dua nama-nama bulan yang dilingkup dalam satu tahunan. Pertama bulan-bulan Masehi dan kedua bulan-bulan Hijriyyah. Sebagian besar orang meyakini bahwa Tahun Masehi bertitik tolak dari hari kelahiran Nabi Isa Al-Masih, sedangkan tahun Hijriyah disefakati titik awal penentuannya dimulai dari hijrah Nabi Muhammad Saw. dari kota Makkah ke kota Madinah.
Salah satu tokoh yang paling berjasa dalam penentuan kalender Hijriyah adalah Amirul Mukminin ( Kholifah ) Umar bin Khottob. Tujuan utama beliau melakukan kebijakan tersebut, semata agar Ummat islam lebih dekat dengan sejarah hijrahnya Nabi Muhamad saw. beserta para sahabatnya yang menjadi tonggak dasar tersebarnya Islam ke seantero dunia.
Hijrah yang dilakukan Rasulullah pada pertama kalinya dimaknai sebagai ajakan pada orang-orang beriman untuk berpindah tempat tinggal ke kota tertentu agar terhindar dari kejahatan kaum kafir yang senantiasa berbuat dzalim kepada mereka yang menerima kebenaran Islam. Beberapa kali hijrah di jaman Rasulullah dilakukan baik yang diikuti oleh beliau sendiri atau hanya dilakukan para sahabatnya saja. Tercatat pula dalam sejarah beberapa tempat pernah dijadikan tempat tujuan hijrah. Seperti Thaif, Habsyah dan yang paling spektakuler adalah Yatsrib ( Madinah ).
Seiring perkembangan da'wah yang dilakukan Rasulullah dengan menuai sukses luar biasa, makna Hijrah seperti pada awal mula menjadi tidak lagi dibutuhkan. Makna hijrah kemudian bergeser dari awalnya perpindahan fisik menjadi perpindahan yang lebih bersifat mentalitas. Hal tersebut diperkuat dengan hadits berikut :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ « لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا - الترمذي -
"Tidak ada hijrah setelah pembukaan kota Makkah, tetapi hanya ada jihad dan niat. Jika kalian diperintah untuk pergi (jihad) maka pergilah." ( HR Tirmidzy )Berdasarkan pada hadits ini, sejumlah ulama merinci pengertian hijrah sebagai berikut :
1. Hijrah dari syirik pada tauhid
2. Hijrah dari kufur pada syukur
3. Hijrah dari bid'ah pada sunnah
4. Hijrah dari maksiat pada ta'at, dan lain sebagainya.
Momentum Awal tahun Hijriyah merupakan saat yang tepat untuk mengaplikasikan makna-makna hakiki dari hijrah ini. Mari kita awali hijrah kita di tahun ini dengan introsfeksi diri ( muhasabah ) untuk menatap masa depan yang lebih baik karena berkaca pada apa yang telah kita lakukan di tahun sebelumnya. Setelah itu secara bertahap kita bersihkan hati dari segala noda yang melekat menuju hati yang bening dan suci.
Semestinya kita tidak lagi menunda-nunda untuk segera membersihkan diri dari lumpur dosa. Usia yang relative masih muda saat ini, bukan alasan untuk berleha-leha dari perbaikan diri karena Allah kuasa untuk memanggil siapa saja yang dikehendakinya. Jangan pernah kita terlena oleh kenikmatan dunia. Hidup di dunia ini hanyalah satu kali. Itupun semata-mata untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi. Rasulullah saw. bersabda Dalam sebuah haditsnya sebagai berikut :
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ - الترمذي -
Dari Syaddad Bin Aus, Nabi saw. Bersabda : "orang cerdas itu adalah orang yang mempersiapkan dirinya ( menghisab dirinya ) untuk akhiratnya dan beramal untuk kelak kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ( bodoh ) adalah orang yang senantiasa megikuti keinginan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah. ( Hr. Timridzy ).Sumber : www.dokumenpemudatqn.com/2012/11/hikmah-persaudauraan-dalam-peristiwa.html